Petuah Pohon
Cerita lokal dari
Sidoarjo saat ini masih sangat sedikit. Oleh karena itu penting sekali bagi warganya untuk
menggali dan mengembangkan budaya asli daerah agar generasi muda
mengetahui dan
memahami budaya kotanya sendiri.
Budaya Sidoarjo yang kental dengan
nilai-nilai karakter positif
dan kearifan lokal masih sangat
penting untuk dipertahankan. khususnya oleh generasi muda yang saat ini seperti
sudah mulai melupakan jati diri budaya masyarakatnya.
Budaya Sidoarjo (Jawa), yang memiliki tingkat
peradapan tinggi dan sudah diterapkan
oleh masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, saat ini sepertinya
sudah tergerus oleh arus perkembangan jaman.
Jaman memang sedah
berubah. Siapapun memang harus mengikuti geraknya. tetapi tidak berarti nilai-nilai hidup
atau falsafah masyarakat lama yang baik
ikut pula ditinggalkan. Malah sebaliknya, nilai-nilai yang positif harus
dikembangkan dan disesuaikan dengan zamannya.
Terutama untuk dunia pendidikan, penting sekali bagi siswa dikenalkan pada nila-nilai tersebut. Bahan ajar yang berbasis kearifan lokal budaya (Jawa) akan memberikan citra positif masyarakat Sidoarjo khususnya dan Indonesia pada umumnya. Teknologi tradisional yang ramah lingkungan, tarian rakyat, cerita lokal, budaya kesantunan, dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kearifan lokal itu akan memberikan gambaran kepada pelajar bahwa masyarakat Sidoarjo khususnya memiliki keunggulan dalam berbagai ranah sejak masa lalu.
Kearifan-kearifan itu digunakan oleh
masyarakat desa dalam melakukan
aktivitas hariannya. Dengan begitu diharapkan mampu membangkitkan kecintaan
para pelajar kepada daerahnya. Kecintaan siswa pada daerahnya akan
mewujudkan ketahanan daerah. Setiap daerah di kabupaten Sidoarjo tentu saja
memiliki sejarah pembentukannya dan kearifan lokal masing-masing.
Jumlah desa atau kecamatan di
kabupaten sidoarjo sangatlah banyak. Kalau
sekiranya setiap desa atau kecamatan memberikan catatan sejarah dan asal usul
desanya tentu akan menambah khasanah kota Sidoarjo. Tetapi sayang sekali saat
ini catatan sejarah tentang riwayat desa-desa
tersebut sangatlah minim sekali. Ini bisa dimaklumi karena para sesepuh desa
atau saksi-saksi
sejarah yang mengetahui sejarah desa atau daerah tersebut sudah tidak lagi ada. Bukti-bukti peniggalanpun juga jarang ada. Yang
tersisa hanyalah dongeng dari mulut ke mulut yang ditularkan dari orang tua ke
anak cucunya. Karena itu terdapat berbagai versi cerita yang berbeda.
Seiring perkembangan jaman, nilai-nilai luhur bangsa itu semakin memudar, bahkan tidak ada lagi
karena ditinggalkan. Karena itu penulis ingin menelusuri sejarah atau asal-usul salah satu desa yang
ada di kabupaten sidoarjo. Penulis setidaknya mencoba menggali yang masih
tersisa dari sejarah masa lampau untuk diambil hikmahnya bagi generasi muda
kota ini.
Alasan pertama adalah masih amatlah sedikit cerita-cerita yang berkembang di
masyarakat yang berasal dari Sidoarjo yang dibukukan dan diketahui banyak orang, pada hal sebenarnya
banyak sekali cerita-cerita
itu kalau mau di telusuri. Alasan lainnya
adalah semakin banyak tokoh-tokoh tua dari setiap desa yang sudah meninggal . Sehingga desa kehilangan sumber
hidup cerita atau sejarah tentang desa
tersebut.
Penulis mencoba menelurusi satu
cerita yang berkembang di masyarakat desa” punggul”, sebuah desa yang letaknya di kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo.
Desa yang berbatasan dengan desa Seruni di sebelah barat, desa Gemurung di
sebelah timur, desa tebel di sebelah selatan dan desa Ketajen sebelah
utara. Punggul adalah desa tempat
penulis dilahirkan. Penulis berpendapat desa tersebut memiliki
petuah atau nilai--nilai
luhur yang patut dicontoh dan dijadikan teladan oleh anak-anak mudanya saat ini.
Untuk mendapatkan
gambaran sejarah tentang desa punggul, penulis pergi mengunjungi desa itu, desa
yang telah ditinggalkan selama kurang lebih tiga puluh tahun lamanya. Penulis
tidak melupakannya sama sekali, tetapi
masih sering mengunjunginya karena
masih ada family dan makam kelurgnya yang masih sering ia kunjungi. Tidak terasa banyak perubahan yang sudah
terjadi pada masyarakatnya.
Di jalan, penulis bertemu dengan anak-anak
desa yang dulu masih kanak-kanak. Tidak terasa, sekarang mereka sudah berubah
menjadi bapak atau ibu yang sudah memiliki banyak anak. Tempat pertama yang penulis tuju adalah rumah
tetangga dekat rumahnya dulu yaitu bapak Nono. Sebenarnya beliau bukanlah
penduduk asli desa itu. tetapi karena beliau seorang pamong desa, dan senang
bergaul dengan banyak orang, beliau juga seorang pemerhati seni dan budaya
masyarakat desa Pungul. Maka pengetahuannya tentang sejarah dan asal-usul desa
Punggul pun banyak juga.
Menurut penuturannya, nama desa Punggul diambil
dari nama seorang tokoh yang pertama kali membabat alas di daerah itu. Orang itu adalah Kyai
Tunggul Wulung. Beliau adalah orang sakti, seorang ulama islam yang datang ketika
jaman akhir kerajaan majapahit. Sementara kerajaan islam
mulai masuk ke tanah majapahit dan sekitarnya sekitar abad ke-14.
Namanya
bisa di lihat dari keberadaan cungkup yang ada di makam desa tersebut.
Tetapi bapak Nono
ragu untuk bercerita lebih lanjut. Beliau takut salah menceritakannya. Karena
itu beliau menyebut salah satu nama orang yang menurutnya tahu tentang riwayat
nama desa itu. Orang yang ditunjuknya bernama bapak Sodikin. Beliau adalah
ketua RW 1 desa Punggul. Kebetulan , beliaulah yang ditunjuk warga merawat
makam yang ada di cungkup desa itu. Karena kakeknya dulu adalah seorang yang
menjaga cungkup desa punggul itu sebelumnya secara turun temurun..
Karena keberhasilannya dalam menebang
sebuah pohon besar dan sangat tinggi menjulang kelangit di hutan
wilayah itu, maka kemudian namanya dijadikan nama desa
tersebut. Nama itu juga mengandung pesan-pesan
moral untuk dijadikan peringatan bagi warga desa itu agar selalu berlaku baik
dan tidak sombong ,adigang adigung dan adi guna , sopo siro sopo ingsun. dalam
kehidupan sehari-hari.
Pak Sodikin biasanya selalu menceritakan sejarah desa punggul di hadapan orang
banyak ketika di desa sedang mengadakan ruwatan desa atau biasa di sebut “Ruah Desa”
yang diadakan setahun sekali di bulan sa’ban atau ruwah dalam bulan Jawa. Juga
ketika khaulnya mbah Tunggul Wulung di
bulan Muharam atau bulan Suro dalam bulan Jawa. Bapak Sadikin adalah cucu
turunan dari mbah Karsiman ,seorang yang mengurusi cungkup atau makam tokoh tersebut.Menurut
kisah bapak Sadikin,Orang pertama yang datang di tanah hutan ini ialah mbah
Sekar. Dari pakaian yang dikenakannya (menurut cerita kakek Sadikin) ,beliau adalah seorang Prajurit yang
datang dari era setelah raja Brawijaya, pecahan dari kerajaan Majapahit di awal kedatangan
pengaruh islam. Beliaulah yang membuka alas daerah tersebut dan mendirikan
padukuhan untuk tempat tinggal. Beliau
penganut agama islam. Dengan segera seluruh alas daerah itu sudah di
babatnya hingga sampai pada sebatang
pohon yang berdiri kokoh menjulang sangat tingginya. Pohon itu sangatlah
angker,seperti ada nyawanya.Siapapun yang mendekatinya tidak akan selamat. Setiap kali kapaknya menyentuh batang pohon
itu maka kapaknya akan jatuh dan patah . Hal itu berlangsung hingga beberapa
kali.Akhirnya beliau membiarkan saja pohon itu di tempatnya. Tetapi lama-lama penduduk desa itu sangat
mengkeramatkan pohon itu. Hingga banyak yang lupa melaksanakan ajaran islam.
Karena itu meresahkan hati mbah Tunggul Sari.
Kedatangan Kyai
Tunggul Wulung yang mampu menumbangkan Pohon itu sangat menyenangkan hati Mbah
Tunggul Sari. Dan Akhirnya untuk mengenangkan peristiwa itu maka desa
itu di namakan Punggul yang
maksudnya adalah sebagai pengingat penduduk di situ supaya tidak memiliki sifat
sombong atau unggul-unggulan
seperti pohon tersebut. Sedangkan
mbah Sekar di juluki warga desa sebagai mbah Tunggul Sari artinya orang yang cikal bakal atau membuka alas yang pertama untuk
dijadikan tempat tinggal. Ingatlah wahai seluruh
wargaku, desa ini aku namakan sebagai
desa “Punggul”,sebagai pengingat bahwa diatas langit masih ada langit, diatas
yang kuasa masih ada yang lebih berkuasa yaitu Gusti Allah ingkang maha kuasa
lan maha Agung,maka janganlah engkau tiru sikap pohon ini , nanti pada suatu
waktu tiba saatnya pohon itu akan tumbang demikian juga pada kalian ingatlah
siapapun yang memiliki sifat sombong di desa ini maka tidak akan lama. Dia akan
menglami ujian berat didalam kehidupannya. Ingatlah kalian semua akan hal itu”.
“Sendiko kyai,kami akan mematuhi perintah kyai”.Demikianlah kehidupan warga
desa yang aman dan tentram segera terwujud di bawah kepemimpinan mbah Tunggul
Sari.Penduduk hidup rukun ,tentram dengan tata aturan yang disepakati bersama
oleh seluruh warga desa sesuai dengan norma norma yang disetujui bersama antara
elemen rakyat dan pemimpin desa yang sangat di patuhi oleh warganya. Kyai Sekar adalah nama asli dari mbah Tunggul Sari
juga di juluki warga desa sebagai mbah
keramat oleh penduduk desa dikemudian hari yang artinya ialah orang yang sakti
dan segala ucapan dan tindak tanduknya di jadikan panutan oleh seluruh warga
desa.Mbah Sekar memiliki siswa padepokan yang berjumlah 6 orang . Dari keenam
orang ini mbah Sekar menyebarkan agama islam didaerah Punggul dan sekitarnya.
Keenam orang ini memiliki makam yang tersebar di beberapa tempat di desa
Punggul,ada yang di sebelah barat desa
,ada yang di makamkan di utara desa dan salah satunya ada di padukuhan desa
yakni desa ngudi,desa Pandewatan , dan lain lain.
Pada suatu hari datanglah seorang
senopati dengan bersenjatakan lengkap
,dilihat dari pakaian yang dikenakan pada waktu itu diketahuilah bahwa
mereka berasal dari kerajaan Pajang ,Jawa Tengah.Beliau
memiliki nama mbah “Tunggul Wulung” ,nama
aslinya belum di ketahui.Setelah sampai di desa tersebut ,beliau segera
menghadap dan sowan pada ketua desa yaitu kyai Tunggul Sari.Beliau kemudian
mengutarakan maksudnya untuk menetap dan menyebarkan agama islam di daerah
sini. Kyai Tunggul Sari menyambut gembira atas kedatangannya,tetapi beliau juga
mengajukan syarat padanya agar bisa di terima untuk tinggal di tempat ini.
Syaratnya adalah dia harus pergi ke ujung desa dan mencari pohon yang namanya
Tunggul sari. Beliau memberi petunjuk tentang ciri ciri pohon tersebut “
Carilah sebuah pohon yang sangat besar dan kokoh di desa ini . Tidak ada pohon
lain yang lebih tinggi dari pohon itu. Dia begitu tinggi hingga mampu menyentuh
langit” . Demikianlah ucapan dari kyai Tunggul Sari kepada senopati itu.Lalu
senopati itu meneruskan pencariannya keseluruh wilayah desa untuk menemukan
keberadaan pohon besar itu. Dengan segala kesaktiannya dia segera membabat
hutan yang berada di sekitar pohon besar yang terkenal angker itu. “ Inilah
pohon yang di maksud kyai itu”, gumamnya. “ Allahu akbar , besar sekali pohon
itu”.” Hai ,manusia menjauhlah engkau dariku,tidak tahukah engkau bahwa tidak
ada seorangpun yang mampu melukaiku,atau kamu akan binasa, hahaha”.Mendengar
ucapan pohon besar itu sang senopati tidak menjadi gentar ,tetapi dia menjadi
sangat tertantang untuk segera mencoba kesaktiannya agar bisa segera merobohkan
pohon itu.” Hai, pohon besar,tidak ada yang lebih besar di dunia ini kecuali
hanyalah Gusti Allah ,tuhan segala makhluk di atas alam ini. Demikian juga
kamu,Kamu bukanlah yang maha kuat di bumi ini.” Lalu senopati itu mulai
mengayunkan senjatanya berkali kali ,setiap kali senjatanya menyentuh kulit
pohon itu ,setiap kali itu pula mental dan jatuh. Dicobanya berkali kali hingga
dia kehabisan seluruh kekuatannya. Kemudian dia lalu menghadap kembali kepada
kyai Tunggul Sari bahwa dia merasa kesulitan utuk menundukkan kayu tersebut. “
Wahai anak muda ,dengarlah .Kayu itu bukanlah sembarang kayu.Ia amatlah sakti.
Ia memang sengaja di ciptakan Gusti Allah sebagai ujian bagi seluruh umat
manusia. Dia di jadikan suatu ujian agar manusia itu ingat pada Sang membuat
kehidupan. Kayu itu hanyalah sebuah simbol bahwa di atas yang tinggi masih ada
yang lebih tinggi yaitu Gusti Allah ,sang khalik,diatas yang kuat itu masih ada
yang paling kuat di alam ini yaitu Allah Sang penguasa alam .Maka tidaklah
pantas manusia itu sombong,congkak dan tamak.Hidup bermegah megahan hingga lupa
saudaranya yang masih hidup dalam kesengsaraan. Maka ingatlah bahwa siapapun yang
memiliki sifat sifat semua itu hidupnya tidak akan langgeng,dia akan mengalami
kesengsaran hidup di dunia ini apalagi di alam akhirat. Ini adalah peringatan
bagi seluruh warga desa ini hingga anak cucu mereka nanti”. Maka agar kamu bisa
menundukkan kayu itu ,berpuasalah selama tiga puluh hari lalu di tambah sepuluh
hari lamanya.Ini adalah ujianmu juga”. Demikianlah petuah dan petunjuk yang
diberikan oleh kyai Tunggul Sari kepada sang senopati itu. Maka sang senopati
itu melaksanakan segala yang di titahkan oleh sang kyai itu. Setelah empat
puluh hari lamanya dia bersemedi ,memohon petunjuk dari Gusti Allah,Sang
pemilik alam ,maka pergilah senopati itu menuju kearah pohon besar itu.Setelah
memanjatkan doa diayunkannya senjatanya kearah batang pohon itu, dan pohon itu
mulai merintih kesakitan.” Cukup-cukup
jangan engkau teruskan lagi .Aku menyerah.” Dan seketika itu robohlah kayu
besar dan sangat tinggi menjulang ke langit itu.Setelah itu sang senopati
Tunggul wulung mulai menetap di desa itu dan menyebarkan agama islam di tempat
itu dan sekitarnya. Kisah tentang mbah Tunggul Wulung dengan kesaktiannya terus
diturunkan ke anak cucu oleh warga desa agar bisa diambil pelajaran oleh
mereka. Menurut (mitos) cerita orang orang ,entah itu benar atau tidak wallahu
alam, mbah Tunggul masih tetap menjaga desa ini hingga sampai kapanpun.
Manakala ada penduduk yang mengalami kepahitan hidup yang amat sangat ,maka
beliau akan memperlihatkan diri dan memberi petuah pada mereka ,agar tidak
berduka dengan apa yang menimpanya dan tetap sabar menjalani hidup. Orang akan
mengetahui keberadaannya dengan adanya suara rintihan kuda yang sedang berjalan
.Atau melihat orang yang sedang mengendari kuda yang berwarna hitam. Perawakan
mbah Tunggul Wulung adalah seorang yang tinggi besar karena itu beliau juga di
sebut sebagai mbah “Duwur”. Ada lagi yang cerita bahwa ketika akan ada pilihan
lurah maka beliau akan memperlihatkan diri lagi untu menjaga desa agar tidak terjadi kekacauan. Untuk
menghormati dan mengingat jasa jasa beliau ,maka penduduk desa setiap tahun
melenggarakan khaulnya, yaitu
di bulan muharam atau bulan suro. Pada saat itulah biasanya pak Sadikin
menceritaakn sejarah desa punggul ini kepada seluruh warga desa. Setiap
tahun,warga desa juga mengadakan ruwatan desa sebagi ucapan syukur atas
keselamatn desa. Biasanya mereka mengdakan pertunjukan wayang orang. Dan pada
saat itu pula Pak Sadikin akan menceritakan tentang sejarah desanya.
Demikianlah sejarah singkat diberinya nama desa “punggul”. Apabila ada
perbedaan versi cerita ,memang dimungkinkan karena mereka tidak menerima secara
langsung cerita dari saksi mata sejarah. Pelajaran moral yang kita ambil dari
cerita itu ialah “tidaklah
patut manusia itu sombong karena yang pantas untuk sombong hanyalah Allah
semata, Tuhan, Sang
Khalik, Yang maha kuasa atas seluruh umat manusia dan alam semesta ini.
BIODATA PENULIS
Sri
Andayani,anak ketiga dari enam bersaudara, dilahirkan di Kota
Petis, Sidoarjo
JawaTimur. Tepatnya tanggal 15 Maret 1968. Alhamdulillah, saat ini saya sudah menulis
beberapa buku toogi dan solo..Saat ini saya bekerja
sebagai seorang guru di SMP Negeri 6 di kota Sidoarjo.Motto hidup saya ‘Allah
tidak akan mengubah nasib suatu kaum kalau tidak kaum itu yang mengubahnya
sendiri”Ku pegang ayat itu untuk menjadikanku semangat dalam meraih cita
citaku.Saya sebagai anggota FLP cabang Sidoarjo. Alamat email saya: andayani15@gmail.com.No
HP.081335303252
0 comments